Tanggal 10 Januari selalu kita peringati sebagai hari gerakan sejuta pohon sedunia, peringatan ini diharapkan mampu mengajak kita untuk melestarikan dan juga ikut menanam pohon agar terjaga keberlangsungannya. sama halnya seperti dipesisir, pohon mangrove yang semakin hari semakin rusak juga membutuhkan penanganan ekstra serius agar bisa kembali pulih dan memberikan manfaat untuk masyarakat khususnya masyarakat pesisir.
Mangrove atau lebih dikenal luas dengan bakau merupakan tumbuhan yang sangat penting dalam ekosistem pesisir. Mangrove adalah tumbuhan pesisir yang mampu hidup di salinitas air payau. Mangrove yang hidup antara peralihan daratan menuju laut menjadi tempat penyaringan berbagai sampah dari daratan yang akan menuju ke laut. sampah yang berasal dari darat akan tertahan diakar mangrove agar tidak bisa menuju ke laut, sehingga akan melindungi biota-biota laut dari buruknya pengaruh sampah. Arus dan gelombang yang berasal dari laut, akan menurun kecepatannya akibat adanya akar mangrove, hal ini akan mencegah abrasi yang terjadi disekitar pantai dan menjaga garis pantai.
Baca: Laut Bukan Tong Sampah Raksasa
Selain itu manfaat dan fungsi mangrove bisa kita lihat dari segi ekologi sebagai tempat pemijahan, mencari makan dan pembesaran bagi satwa tertentu, segi ekonomi, mangrove dapat menjadi tempat rekreasi dan wisata bagi masyarakat. Mangrove juga bermanfaat sebagai pelindung ketika terjadinya bencana, menjad tempat penelitian dan juga pembelajaran, menstabilkan pantai dan lain sebagainya.
Baca: Mengenal Mangrove, Tumbuhan Sejuta Manfaat
Penebangan Hutan Mangrove |
Namun, dalam beberapa dekade terakhir banyak masyarakat yang tidak begitu peduli dan antusias lagi untuk menjaga dan melindungi mangrove. Hutan mangrove yang sudah ada banyak ditebang kemudian lahannya dialih fungsikan menjadi lahan tambak yang lebih menjanjikan. Hal ini dibuktikan dengan berkurangnya hutan mangrove setiap tahunnya. Menurut WHO selama 34 tahun, dunia sudah kehilangan 30% hutan mangrove dan indonesia merupakan negara dengan kerusakan hutan mangrove terparah secara global. Hutan mangrove ini selain dialihfungsikan menjadi lahan tambak, juga dijadikan sebagai perkebunan sawit, dan juga kayu-kayunya ditebang untuk dijadikan arang.
Berkurangnya hutan mangrove ini memberikan dampak besar bagi masyarakat pesisir, buktinya pada waktu tsunami tanggal 24 Desember 2004 silam yang terjadi di Aceh, banyak kerusakan yang terjadi dan hilangnya ribuan nyawa. menurut beberapa pendapat ahli kerusakan yang terjadi tidak akan separah itu jika dari awal masyarakat bisa menjaga kelestarian hutan mangrove.
Baca: Rehabilitasi Mangrove dan Pola Zonasinya
Belajar dari kesalahan yang telah dilakukan setelah tsunami banyak masyarakat yang mulai sadar tentang pentingnya hutan mangrove, banyak LSM terkait dan pemerintah yang bekerjasama dengan masyarakat mulai kembali menanam mangrove untuk menjaga pantai atau pesisir. penanaman mulai dilakukan dengan mendatangkan bibit-bibit mangrove dari lokasi yang tidak terkena tsunami. Namun pada masa-masa awal penanaman masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dibereskan dalam hal penanaman mangrove, mulai dari tidak sesuainya mangrove yang ditanam dengan lokasi, bibit yang kurang bagus serta kurangnya koordinasi dengan masyarakat sekitar.
Belajar dari kesalahan diawal, pihak-pihak yang terlibat dalam penanaman mangrove terus berbenah agar mangrove yang ditanam benar-benar bisa hidup dengan baik. penanaman mangrove yang dilakukan sudah mulai memperhatikan kualitas bibit, kesesuaian tempat penanaman dengan bibit yang dipilih serta adanya tidak lanjut setelah proses penanaman seperti penjagaan bibit dari hama-hama penganggu.
proses ini diharapkan mampu untuk mengembalikan manfaat dan fungsi hutan mangrove seperti semula, walau tidak akan secepatnya namun beberapa puluh tahun kedepan manfaat hutan mangrove ini semoga bisa dirasakan oleh anak cucu masyarakat Indonesia